Restu Mega untuk Jokowi Capres 2014
Friday, September 6, 2013
Edit
Akhirnya terjawab sudah teka teki apakah Megawati mengijinkan Jokowi maju atau tidak dalam Capres 2014. Pembacaan “Dedication of life Sukarno” (yang ditulis Sukarno pada September 1966 dan dibacakan ketika suara Sukarno mulai melemah karena serangan Jenderal-Jenderal Suharto) oleh Jokowi atas perintah Megawati sebagai Ketua Umumpada rakernas PDI-P di Ancol hari ini (Jumat, 6 September 2013) sudah menunjukkan bahwa tampuk Capres 2014 berada di tangan Jokowi, ini cara Jawa dalam melihat transfer kekuasaan dan pemberian mandat politik. Surat Sukarno itu dalam pembacaan politik cara Jawa adalah “Sebuah stempel untuk meneruskan tongkat komando perjuangan politik” dari Megawati ke Jokowi untuk mencapreskan Jokowi menjadi RI-1 pada Pemilu 2014.
Dalam pidato dedication of life itu Sukarno membacakan :
Saya adalah manusia biasa. Saya dus tidak sempurna. Sebagai manusia biasa saya tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Hanya kebahagiaanku ialah dalam mengabdi kepada Tuhan, kepada Tanah Air, kepada Bangsa. Itulah Dedication of Life ku.
Jiwa pengabdian inilah yang menjadi falsafaf hidupku, dan menghikmati serta menjadi bekal hidup dalam seluruh gerak hidupku. Tanpa jiwa pengabdian ini saya bukan apa-apa. Akan tetapi dengan jiwa pengabdian ini, saya merasakan hidupku bahagia dan manfaat
Soekarno 10 September 1966.
Puncak tertinggi dalam pemikiran Sukarno adalah “Revolusi 1959-1966″ disinilah kemudian Sukarno menunjukkan kemampuannya yang hebat sebagai negarawan, hanya dalam tempo 5 tahun Indonesia menjadi negara terkuat di Asia dan mempunyai kekuatan militer terbesar nomor lima di dunia. Indonesia bisa menjadi pemain penting dalam konstelasi politik global apa yang diperjuangkan Sukarno dengan prinsip “Co-Existence” atau dalam bahasa Bung Karno “Lu ada gua ada”, politik yang kemudian dikenalkan Sukarno pada JF Kennedy pada tahun 1962.Namun politik Sukarno ini jelas tidak disenangi baik Sovjet Uni maupun Russia, apalagi intel CIA dan KGB sudah membaca bahwa Sukarno akan memainkan peta geopolitik dengan memasukkan unsur Mao Tse Tung ke dalam peta politik konstelasi global.
Pada bulan September 1966, saat itu Sukarno sudah terkepung oleh beberapa Jenderal suruhan Suharto dan beberapa lobbying sipil utusan Suharto. Dalam beberapa serangan politik, Sukarno kerap disebut haus kekuasaan, namun memang fakta sejarah : “Seluruh kehidupan pribadi Sukarno dipersembahkan untuk bangsanya, untuk Indonesia”.
Disinilah Sukarno menulis tentang regenerasi, saat itu Sukarno juga sudah berpikir akan kalah menghadapi kekuatan Suharto yang beresiko adanya perang saudara atau bharatayudha. Sukarno lebih memilih mundur daripada persatuan Indonesia yang dibangunnya hancur berkeping-keping. Tapi dalam surat dedikasi itu terkandung apa yang diamanatkan Sukarno adalah “Kekuasaan itu tidak abadi, ia seperti daun yang gugur dan diganti daun yang baru, tugas generasi tua-lah yang memberikan jalan pada generasi muda untuk meneruskan sejarah”.
Rakernas ini sendiri adalah sebuah “Panggung pertama bagi Jokowi”, untuk tampil di muka publik. Megawati dengan sistematik mengenalkan Jokowi sebagai deskripsi besar langkah politik PDI-P dalam take over kekuasaan pada Pemilu 2014. Bahkan PDI-P dengan sempurna melakukan persiapan pengambilalihan kekuasaan baik menguasai Parlemen dan Eksekutif lewat strategi-strategi yang sempurna seperti :
1. Adanya garis politik Partai dalam 5 tahun ke muka. Baik Nasional dan Internasional.
2. Syarat Presiden yang akan diajukan oleh PDI-P
3. Kebijakan-Kebijakan Politik umum yang secara tersirat merupakan kesiapan politik PDI-P memenangkan seluruh lini politik pasca 2014.
Yang mengejutkan dari seluruh syarat Kepresidenan adalah menuju pada Jokowi. Pada beberapa hari sebelumnya Gerindra bahkan sudah mengungkit-ungkit kontrak politik yang konon katanya pernah diteken antara Prabowo dengan Megawati soal ganti-gantian dukungan pada Pilpres 2009, namun kemudian rilisan syarat yang dibacakan Sekjen PDI-P menggugurkan semua gugatan politik Gerindra sehingga PDI-P tidak masuk dalam skenario Gerindra.Akhirnya isu yang mulai dibangun Gerindra soal kontrak politik 2009 dan Pilkada DKI yang juga sempat digoreng oleh media jadi mentah dengan sendirinya. Bagi rakyat soal kontrak politik adalah urusan mereka, sementara semangat jaman saat ini meminta Jokowi maju ke muka memimpin Republik.
Rakernas kali ini adalah hasil dari perdebatan-perdebatan internal yang secara intens mengamati perkembangan popularitas Jokowi serta memenangkan momentum, sekaligus menunjukkan kepiawaian yang hebat bagi Megawati dalam melakukan manuver-manuver politik sehingga PDI-P memiliki martabat politiknya.
Apabila yang dilakukan Partai Demokrat yang seakan menjual murah mesin politiknya dengan menawarkan sana sini dan ditolak sana sini untuk konvensi, berbeda dengan PDI-P yang menunjukkan bahwa mesin politiknya berhasil secara terhormat memberikan penawaran politik pada rakyat bahwa kadernya sendiri yang maju.
Pembacaan Dedication of Life Sukarno oleh Jokowi adalah sebuah pesan tersirat bahwa Jokowi akan melanjutkan Bung Karno sebagai Pemimpin bangsa ini yang mengembalikan rel sejarah, ke dalam rel Sukarno, rel kehormatan, keberanian dan sikap patriotik untuk Indonesia.
Ketika Jokowi dengan pelan membacakan tulisan Sukarno dan Megawati mengatakan “ada getaran Sukarno” dalam diri Jokowi maka detik itu restu Megawati untuk Jokowi Capres 2014 sudah seperti hujan bunga ditengah sumpah Bisma.