SEJARAH KETURUNAN TIONGHOA DI ASIA TENGGARA YANG TAK DIKENAL KHALAYAK RAMAI Bagian III


Kerajaan Islam Demak runtuh disebabkan perang saudara antara cucu2nya Jin Bun (Raden Patah).

Raja2 Demak adalah:

Jin Bun alias Al-Fatah (Raden Patah) 1478 - 1518
Yat Sun alias Adipati Yunus 1518 - 1521
Tung Ka Lo alias Trenggana 1521 - 1546
Muk Ming alias Sunan Prawata 1546 - 1546

Muk Ming dikalahkan dan terbunuh oleh Arya Penangsang Jipang, seorang cucu lain dari Raden Patah. Penangsang Jipang sendiri kemudian dibunuh oleh iparnya Muk Ming. Kerajaan Islam Demak tiada lagi karena ipar tersebut mempunyai negara sendiri di Pajang di pedalaman Jawa Tengah dan merupakan orang Islam mazhab Shi’ite, bukan mazhab Hanafi.

Angkatan Laut Demak dua kali dengan sia-sia menyerang kekuatan Portugis di Malaka dan satu kali di Maluku.

Namun pada tahun 1526-1527 Sunan Gunung Jati alias Fatahillah / Toh A Bo / Pangeran Timur, panglima kerajaan Demak, merebut Sunda Kalapa dan berhasil mengusir orang Portugis yang datang dengan maksud membangun benteng. Nama Sunda Kalapa oleh beliau diganti menjadi Jayakarta. Prof. Djajadiningrat menerjemahkan arti Jayakarta sebagai "kemenangan yang tercapai" (volbrachte zege, achieved victory). Dr. de Graaf menyebut adanya laporan sejarawan Portugis bernama de Couto yang mengatakan pada tahun 1564 bahwa "The Martial King Of Aceh" , Ala’ad-Din Shah telah meminta pada "Raja Demak, Kaisar Jawa" (o Rey de Dama, Imperador do Jaoa) untuk membantu ekspedisinya menghadapi orang Portugis di Malaka. Nampaknya 18 tahun setelah runtuhnya kerajaan Demak, di tempat tersebut masih terdapat kekuasaan yang oleh "The Mighty King Of Aceh" dipandang cukup berkuasa untuk diajak bersekutu. Pada tahun 1574, jauh setelah kerajaan Demak tiada lagi, Ratu Kalinyamat dari Japara, cucu perempuan Raden Patah, masih merasa cukup kuat untuk mengirim kapal-kapal perang menyerang orang Portugis di Malaka.

Setelah merebut Sunda Kalapa, Sunan Gunung Jati menjadi Sultan Banten dan membentuk masyarakat Islam disana. Kesultanan Banten kemudian beliau serahkan kepada Hasanuddin, puteranya, dan yang belakangan ini oleh tradisi Jawa dipandang sebagai raja Banten yang pertama. Pada tahun 1552 Sunan Gunung Jati datang ke masyarakat Muslim Tionghoa di Cirebon. Beliau kecewa dengan adanya saling bunuh-membunuh antara cucu-cucunya Raden Patah. Sunan Gunung Jati mengabulkan permintaan Haji Tan Eng Hoat alias Maulana Ifdil Hanafi untuk mendirikan kesultanan di Cirebon seperti Demak dulu. Sebagai orang yang sudah berumur lanjut beliau menjadi sultan Cirebon yang pertama, menikah dengan puterinya Haji Tan Eng Hoat dan putera mereka menjadi Sultan Cirebon yang ke II.

Orang membayangkan bagaimana jalannya sejarah dunia bila kaisar Tiongkok T’ai-tsu tidak kehilangan perhatian terhadap dunia luar. Antara 1430 dan 1567 orang Tionghoa dilarang meninggalkan tanah leluhurnya. Angkatan Laut Tiongkok yang canggih dengan teknologi yang jauh lebih tinggi tingkatnya daripada kapal-kapal Eropa, diterlantarkan. Tahun 1431 yaitu 61 tahun sebelumnya Columbus, kapal-utama Laksamana Cheng Ho berukuran 140 meter, sedangkan panjangnya kapal Columbus hanya 30 meter. Peninggalan-peninggalan yang diketemukan menunjukkan Australia dan Amerika Latin telah dikunjungi oleh pelaut-pelaut Tionghoa. Adanya angin-angin Timur serta arus-arus Pasifik dewasa itu jelas sudah diketahui orang Tionghoa. Kapal-kapal Tiongkok mempergunakan watertight bulkheads sedari abad ke 2 Masehi . Prinsip tersebut baru dikenal di Eropa sekitar tahun 1800, seribu enam ratus tahun kemudian. Seumpamakata armada Cheng Ho tidak dipereteli dan terjadi konfrontasi dengan kapal-kapal perang Eropa, Tiongkok tidak akan tertidur, tidak akan kepergok dalam keadaan lemah. Dengan Perang Candu (1839 - 1842) Inggris memaksa Tiongkok untuk mengijinkan impor candu yang telah menghancurkan tenaga rakyat secara besar-besaran. Selama satu abad setelah perang-candu, Tiongkok hampir ambruk diserang Inggris, Jerman, Perancis, Jepang dan negara lainnya yang sedang jaya.

Dr. Kwee Swan Liat mengutip sejarawan Inggris Joseph Needham sebagai berikut.:

Ilmu pengetahuan modern berdiri atas dasar teknologi abad pertengahan yang sebagian besar bukan asal Eropa. Selama abad ke 1 hingga abad ke 14 Masehi, Tiongkok telah membanjiri Eropa dengan penemuan-penemuan, tanpa Eropa mengetahui dari mana asalnya. Teknik-teknik numerationaldan computational, pengetahuan dasar magnetical phenomena, efficient equine harness, teknologi besi dan baja, penemuan bahan peledak dan kertas, lonceng mekanik, driving belt, chain-drive, cara standard convertingrotary to rectilinear motion, segmental arch bridges, nautical techniquesseperti stern-post rudder, imunisasi, inokulasi dsb. Semua ini mengakibatkan kegemparan di dunia Barat. William Harvey sebelum tahun 1616 telah menemukan adanya aliran darah dalam tubuh manusia. Hal itu di Tiongkok sudah dikenal lima ratus tahun duluan.

Pada tahun 1574 Lim Ah Hong, seorang yang berada diluar perlindungan hukum (an outlaw) mengepung benteng Spanyol di Pilipina serta nyaris merebut Manila. Kemampuan seorang outlaw Tionghoa untuk mengguncangkan kekuasaan Spanyol di Asia, membuat gubernur Spanyol menginginkan hubungan baik dengan Kaisar Tiongkok. Tahun 1661 Koxinga mengalahkan Belanda di Taiwan. Satu tahun kemudian beliau mengirim ultimatum kepada penguasa Spanyol di Pilipina untuk menyerah kepadanya atau dihancurkan. Sayang tahun itu juga, ketika orang2 Spanyol sedang panik memperkuat benteng2 pertahanannya, datang berita Koxinga meninggal dunia.

Lain dari apa yang diajarkan di sekolah-sekolah Belanda, penemuan bahan peledak di Tiongkok tidak hanya dipergunakan untuk mercon saja. Sedari permulaan, bahan peledak dipergunakan untuk keperluan-keperluan militer. Pada masa Dinasti T’ang (618-907) bahan peledak "nitre" dan alkimia Tionghoa dikenal orang-orang Arab dan Persia sebagai "salju Tionghoa" dan "garam Tionghoa". Abad ke 13 bahan peledak Tionghoa mulai dikenal Eropa melalui orang Arab yang masa itu berkuasa di Spanyol. Buku-buku Arab jaman itu mencatat "botol2 besi" yang dipergunakan oleh tentara Monggol dalam abad ke 13. Pihak Arab memperoleh bermacam2 senjata api lewat orang Monggol. Antara lain senapan2 sederhana dan senapan petir. Tidak lama kemudian orang Arab dapat membuatnya sendiri. Senjata dan roket Arab "Qidan" berdasarkan model-model Tionghoa. Dewasa itu Tiongkok di Eropa terkenal sebagai Qidan. Baru tahun 1326 Inggris, Perancis dan lain negara-negraa Eropa untuk pertama kalinya membuat alat-alat perang yang berasal Tiongkok ini. Senjata-api "blunderbus" yang dipergunakan di Eropa sekitar permulaan abad ke 14 asal-usulnya di Tiongkok.


LITERATURE

- Zhou Jiahua "The history of gunpowder and weapons in China"

- Catalogue D/1988/2111/06 exhibition "China Heaven and Earth. 5000 Years inventions and discoveries" Brussels Sept 88 - Jan 89. Institute K.U. Leuven.

BACA : SAMBUNGAN SEJARAH KETURUNAN TIONGHOA Bagian IV

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel